Tragedi Kecelekaan Study Tour, Polemik yang Berkepanjangan
Senin, 24 Juni 2024 22:59 WIB
Jenis kegiatan luar kelas seperti karyawisata, study of excursion, field trip, dan study of immersion perlu dibedakan dalam evaluasi. Penghentian study tour tanpa evaluasi mendalam bisa berdampak negatif pada pendidikan, pariwisata, dan ekonomi.
Beberapa waktu yang lalu, sebuah kecelakaan tragis menimpa rombongan bus dari salah satu SMK di Subang, Jawa Barat, yang tengah melakukan study tour. Insiden ini merenggut nyawa beberapa siswa dan memicu perdebatan yang terus meluas di kalangan masyarakat. Berbagai pihak pun ikut angkat bicara, memberikan pandangan mereka berdasarkan perspektif dan kepentingan masing-masing. Baik dari Dinas Pendidikan, Dinas Perhubungan, pihak sekolah, biro perjalanan, perusahaan jasa otobus, hingga orang tua dan para murid sendiri, semuanya berkontribusi pada polemik yang semakin membesar di media massa.
Reaksi Beragam dari Berbagai Pihak Sejak kecelakaan tersebut, muncul dari berbagai pihak. Mulai dari perintah, imbauan, hingga larangan keras untuk menghentikan kegiatan study tour di sekolah-sekolah. Beberapa daerah bahkan telah mengeluarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) baru terkait kegiatan ini. Namun, pelarangan ini menimbulkan kebingungan dan pertanyaan di kalangan masyarakat. Banyak yang mempertanyakan, di mana sebenarnya letak kesalahan dari program study tour ini. Apakah benar guru yang bersalah? Apakah program study tour yang patut disalahkan? Memahami Program Study Tour Ada beberapa jenis kegiatan di luar kelas yang sering disamakan dengan study tour, padahal memiliki tujuan dan metode yang berbeda, yaitu:
1. Karyawisata: Pembelajaran di luar kelas yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa tentang bagaimanakah kehidupan masyarakat, bagaimanakah budaya, serta adat, dari masyarakat yang dikunjungi.
2. Study of Excursion: Kegiatan rekreatif yang fokus pada aktivitas fisik di lingkungan alam sekitar tanpa perlu membuat laporan.
3. Field Trip: Pembelajaran langsung di lingkungan sosial yang baru, seperti mengajak anak kota bagaimana caranya membuat batik tulis tradisional.
4. Study of Immersion: Kegiatan yang melibatkan siswa secara langsung baik dalam teori maupun praktik, seperti belajar memainkan alat musik gamelan Jawa di Istimewa Yogyakarta.
Implikasi dan solusi keputusan untuk menghentikan program study tour secara keseluruhan memerlukan pemikiran mendalam. Penghentian atau pelarangan ini sebaiknya dijadikan kesempatan untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan study tour di masa depan, agar tragedi serupa tidak terulang. Sebuah keputusan yang diambil tanpa evaluasi yang matang hanya akan menjadi solusi yang tidak efektif. Selain itu, penghentian study tour dapat berdampak negatif pada kualitas pendidikan dan berbagai sektor lainnya, termasuk pariwisata, UMKM, dan tenaga kerja di sektor transportasi dan pariwisata. Anak didik juga bisa kehilangan kesempatan untuk belajar melalui pengalaman langsung, yang sangat penting dalam pembelajaran Inquiry dan Self-Discovery.
Pentingnya Evaluasi menyeluruh terhadap study tour sangat penting terutama dari segi pembiayaan. Biaya sering kali menjadi alasan dalam pelaksanaan kegiatan ini. Namun, terlepas dari biaya, manfaat dari study tour dalam memberikan pengalaman nyata kepada siswa sangat berharga.Penutup Tragedi kecelakaan ini memang menyedihkan dan menimbulkan polemik yang berkepanjangan. Namun, dengan evaluasi yang tepat dan keputusan yang bijak, kita dapat memastikan bahwa kegiatan seperti study tour tetap bisa berlangsung dengan aman dan bermanfaat bagi siswa, tanpa mengorbankan aspek keselamatan dan kualitas pendidikan.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Tragedi Kecelekaan Study Tour, Polemik yang Berkepanjangan
Senin, 24 Juni 2024 22:59 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler